Senin, 14 November 2016

Cerita Bijak Hidayah

“Siapa yg paling lo yakin di bagian ini?”

“Lo.” Jawab sahabatku dengan rokok yang terbengkalai di penutup bibirnya.

“Kenapa lo yakin gue?”

“Karena lo gak sempat bohongin ambo

Jawabannya membuatku tersenyum, dulu tertawa geli. Ceritanya telah sehebat itu keyakinannya bahwa saya tak pernah berbohong.

“Tahu darimana aku gak sempat bohongin lo?”

“Just believe. Faith.”

“Kamu yakin Tuhan itu ada?”

Dia berdiam diri kali ini. laki laki setinggi 187 senti meter bersama tidak sedikit tattoo memblokir tubuhnya dan sekian banyak tindikan di wajahnya, diam seketika dikala ku tanya keyakinannya aspek Tuhan. dirinya membawa rokok yg kandas di punca bibirnya, menjempitnya di sela jari-jari lalu menghembuskan ampas kelebihan asap rokok ke udara.

Dia tersenyum kecil menatapku bersama perhatian “ayolah”. salah lihat kecoklatan itu terlihat lowong tidak ada sisa kehidupan disana.

“Sepertinya telah berapa kali aku ngasih tahu lo faktor ini.” katanya bersama senyum yg memilukan.

“Mungkin setelah menahun lo mampu yakin juga Ayo ikut, ane mau tunjukin benda ke lo.”

Kami berlangsung menelusuri beberapa hunian penduduk beliau kembali menuruti langkahku, beberapa pasang silau yg melihatnya cukup kelesah kemungkinan sebab penampilannya yg nampak amat sangat mirip dengan preman.

“Kita mau kemana?”

“Ke ruang dimana lo bisa percaya Tuhan itu senantiasa ada.”

Dia terbahak geli mendengar ucapanku. Langkahnya meluncur dgn malas aku dulu mogok disebuah hunian kecil ku tagih dirinya membekukan rokoknya. Di depan hunian itu bersila seorang perawan kecil dengan lihat kosong.

“Ngapain kesini?”

“Ngobrol.”

“Assalamu’alaykum.” Ucapku menyapa gadis kecil tersimpul yg lagi menikmati udara sore.

“Wa’alaykum salam kak Yayat. menyelinap kak.” Kata tersenyum senang.

Sahabatku sekian banyak kali menyenggol lenganku memberi tanda bahwa dirinya tak mau menyusup aku mulai bertanya ini itu bagi gadis mungil itu, sahabatku cuma menyaksikan tak mempedulikan beta lihat matanya baru konsentrasi buat aku waktu gadis itu sejak mulai bercerita tunggal jam lebih saya memberhentikan kala hanya pada ngobrol.

“Jadi semula yakin Tuhan itu gak rata Tanyaku kepada sahabatku.

“Well okay, ambo ikut ke pesantren lo.” katanya kemudian.

Aku tersenyum sukacita perawan mungil itu termakbul merisak hatinya. termakbul membuatnya perlahan percaya bahwa Tuhan senantiasa ada, selalu memperhatikannya. Empat th lebih ku habiskan waktuku bagi membujuknya dan tunggal jam dirinya mendengarkan kabar anak kecil buta termasuk lantas ingin coba terhadap lagi di pesantren.

“Lo tahu gak komando Tuhan sayang persis lo?” Tanyaku pada perjalanan menuju pesantren.

“Apa?”

“DIA perlihatkan kiat kepada membuatmu jadi lebih bagus

0 komentar:

Posting Komentar